Rabu, 17 Desember 2008

EXTREME Live in Jakarta

Extreme membuktikan bahwa ada benarnya pepatah yang mengatakan ‘lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.’

“We’re gonna give you the best live band in the world!” kata Gary Cherone, vokalis Extreme, pada saat konferensi pers digelar di J Lounge, Hotel Gran Melia, Jakarta, Senin [15/12] siang oleh Original Production. Jurnalis yang hadir siang itu, tak lebih dari lima puluh orang. Namun, dengan kuantitas yang tak banyak itu, pertanyaan yang diberikan pada saat sesi tanya jawab cukup berkualitas. Para penanya terlihat menguasai materi. Bisa jadi karena sebagian besar jurnalis, berusia di atas 25 tahun dan benar-benar pernah tergila-gila pada Extreme.

“Jangan tanya soal politik, ekonomi, atau sosial. Jangan juga bertanya soal band lain!” kata moderator mengingatkan para jurnalis.

Dan semuanya mengikuti perintah. Mungkin permintaan ini karena Gary Cherone pernah jadi vokalis Van Halen, dan tak terlalu sukses sehingga jadi isu sensitif. Permintaan serupa pernah diucapkan manajemen Megadeth sewaktu mereka mengadakan konser di Jakarta. Tak boleh bertanya soal Metallica kepada Dave Mustaine.

“Kenapa ada nuansa Led Zeppelin ya di album terbaru kalian? Disengajakah?” tanya seorang lelaki yang mengaku penggemar berat Extreme.

“Banyak sekali pengaruh yang ada di kami. Mungkin itu keluar juga. Tapi kami tak sengaja melakukan itu supaya terdengar seperti Led Zeppelin. Yang jelas, kami tak hanya musisi, kami juga penggemar,” kata gitaris Nuno Duarte Gil Mendez Bettencourt yang sekarang sekilas wajahnya mengingatkan pada Iggy Pop dan Brandon Boyd, vokalis Incubus.

Sesi tanya jawab yang berlangsung tak lebih dari satu jam itu berjalan dengan hangat, dan penuh pertanyaan dari orang-orang yang memang mengenal baik musik Extreme: jurnalis maupun penggemar yang entah bagaimana caranya bisa ada di ruangan konferensi pers.

Menjelang malam pun, pemandangan orang-orang yang mayoritas berusia di atas 25 tahun terlihat di arena Tennis Indoor Senayan, tempat Take Us Alive World Tour 2008 digelar. Sebagian besar lelaki. Sebagian besar masih memakai kemeja dan celana bahan khas pegawai kantoran. Tak banyak pemandangan remaja dengan pakaian trendy masa kini seperti biasa terlihat di banyak konser band mancanegara yang digelar di kawasan Senayan.

Tak terlihat suasana meriah di luar Tennis Indoor. Hanya dua tenda penjual makanan dan minuman. Sekilas, suasana seperti lengang. Seperti sepi dari pengunjung. Tapi begitu masuk ke dalam gedung, baru terlihat betapa penuhnya Tennis Indoor itu. Tak penuh sesak, tapi cukup padat. Hampir memenuhi sekira 75 persen kapasitas gedung.

Beberapa menit setelah pukul delapan malam, Extreme muncul di atas panggung. Tak ada teriakan memanggil-manggil nama band maupun nama personel. Tak ada suara jeritan remaja perempuan yang membahana. Meskipun, pemandangan cahaya dari telepon genggam masih cukup dominan.

Begitu muncul, Gary Cherone langsung menunjukkan keahliannya bernyanyi sambil meliuk-liukkan tubuh, melompat dan melakukan pose-pose yang akan sangat membahagiakan fotografer karena akan terlihat bagus di lensa. Sayang, tata cahaya yang kurang maksimal sedikit menghambat tercapainya foto-foto dengan pose yang spektakular.

Extreme memang enerjik, atraktif, dan komunikatif. Musik hard rock yang kental dengan nuansa funk akan membuat siapapun ingin menghentakkan kaki dan menggoyangkan kepala mengikuti irama. Penampilan mereka di panggung akan membuat penggemar yang sudah menunggu belasan tahun merasa puas dan akan membuat mereka yang bukan penggemar pun jadi terhibur dan memaklumi alasan ribuan orang di Tennis Indoor Senayan itu menggemari Extreme.

Hampir dua jam mereka tampil. Di tengah-tengah set, mereka tampil dalam sesi akustik dengan hits yang tentu saja akan membuat semua bernyanyi bersama: “More Than Words.” Lagu yang pernah menjadi salah satu lagu pemikat perempuan pada era ’90-an itu memang terbukti jadi lagu yang akan dihapal oleh penggemar maupun non penggemar. Di penghujung penampilan—setelah melakukan aksi pura-pura pamit padahal ingin diteriaki encore—mereka menutup konser dengan membawakan lagu Queen. Ada sedikit kekecewaan dari beberapa penonton karena “Hip Today” tak dibawakan. Tapi, itu tak mencoreng penampilan Extreme yang meninggalkan kesan positif di benak para penonton.

“Kami berjanji akan balik lagi ke Indonesia!” kata Nuno.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar